SULBARONLINE.COM, JAKARTA-Bursa Efek Indonesia (BEI), menbeberkan data sekitar 60-70 persen, investor muda yang berusia sampai 40 tahun menanam modal di bursa saham. Sebagian perusahan yang ‘melantai’ di BEI dan menjual sahamnya dengan harga yang relatif terjangkau, menjadi pemicu gelombang generasi milenial tertarik untuk berinvestasi di bursa saham.
Kondisi demikian kemudian membuat PT Solusi Sinergi Digital atau lebih dikenal dengan Surge, mengajak masyarakat Indonesia, terutama dari generasi milenial untuk ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat melalui bisnis digital.
“Kami mengajak lapisan masyarakat yang memiliki visi yang sama dengan kami, mengajak bersama-sama memiliki surge ini dengan cara berinvestasi. Mulai 22 Desember 2020, Surge “go public” di bursa efek, dengan kode saham WIFI,”jelas Direktur Utama PT Solusi Sinergi Digital, Hermansjah Haryono, melalui Konferensi Pers Virtual di Jakarta, Kamis, (17/12/2020).
Sementara itu, Komisaris PT Solusi Sinergi Digital, Alexander Rusli menganggap, kaum milenial memang pas untuk berinvestasi di bisnis digital. Pasalnya, mereka lebih banyak meminati dunia digital berikut peluang bisnisnya. Misal, banyak startupyang bermunculan kebanyakan dibangun oleh kamu muda.
“Generasi muda memang lebih mengerti bisnis digital. Mereka bisa ikut partisipasi juga ikut memiliki sesuatu yang mereka pahami. Mereka juga kan sebagai pemakai perangkat digital, jadi mereka bisa ambil bagian dengan berinvestasi di Surge,” sebut Alexander Rusli.
Senada dengan Alexander Rusli. Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara meyakini, bahwa anak muda Indonesia punya kreativitas, yang sebetulnya akan menjadi pendorong ekonomi di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi digital.
Kementrian Kominfo kata Rudiatara, juga sudah merespon hal itu. Baik sebagai regulator, fasilitator, bahkan akselerator.
“anak muda yang ingin membangun startup lewat aplikasi, itu tidak perlu izin dari Kementrian Kominfo, cukup registrasi saja. Masyarakat dunia sekarang sudah masuk pada era DNA (Device, Network, and Application) dan yang paling cepat tumbuh adalah bisnis digital dengan aplikasi. Bisnis Surge memang selaras dengan dengan era DNA ini,”jelas Rudiantara, yang juga Komisaris Utama PT Solusi Sinergi Digital.
Dalam menjalankan usaha bisnisnya, Surge menjalankan misi sosial juga agar masyarakat bisa menikmati internet secara gratis.
“misi sosial Surge ini secara langsung maupun tidak langsung bisa mendorong perekonomian baru di Indonesia melalui ekosistem digital,”tambah Alexander Rusli.
Ada tiga pilar bidang usaha yang tercakup dalam ekosistem digital Surge, yakniPeriklanan Digital-DOOH (Kereta Dalam kota, kereta Luar Kota, Road Digital Signage), Pengembangan produk digital(aplikasi dan software)-LINIPOIN-Aplikasi transportasi massal-Laper Nih-MuslimApp-SobatTani, serta Jaringan infrastruktur telekomunikasi(Free-wifi-Jaringan f, Fiber optik).
”Penduduk di sekitar jalur Kereta Api itu ada sekitar 100 juta lebih. Anggap saja tiap hari menggunakannya free wifi itu 10 juta atau 10 persennya saja. Itu artinya surge akan memiliki revenue, 10 miliar sehari. Itu baru dari free wifi dan iklannya, belum termasuk dari pilar media lainnya,”terang Hermansjah Haryono.
Menurut Hermansjah Haryono, saat Surge IPO di bursa saham, market valuenya sekitar 1triliun rupiah, sedangkan total investasi yang sudah dikeluarkan Surge adalah 750 miliar rupiah.
“Ekpekstasi Surge pada tahun 2021 dengan memperhitungkan pandemik covid masih terjadi adalah dengan target profit 250 miliar (rupiah-red),” imbuh Hermansjah Haryono.
Saat mulai melantai di bursa saham, Surge menawarkan 99.174.100 lembar saham kepada publik atau setara dengan 5,25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, dengan harga pelaksanaan Rp530,-per lembar saham.(*/msd/red)