SULBARONLINE.COM, Mamuju – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Mitthar Tala Ali, menghadiri secara langsung puncak peringatan Harganas ke 31 diselenggarakan BKKBN Sulbar, Senin (5/8/2024).
Kegiatan ini dilangsungkan di Balroom Hotel Matos Mamuju, jl Yos Sudarso. Turut dihadiri peringatan Harganas, Sekretaris Daerah Provinsi, Muhammad Idris, Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN RI, drg Widwiono, Kepala BKKBN Sulbar, Rezky Murwanto, dan sejumlah kepala OPD lingkup Pemprov.
Pada kesempatan itu, Kadisdikbud Sulbar, Mitthar mengatakan, spirit Harganas menjadi penegasan pentingnya senantiasa membangun dan merawat keharmonisan keluarga. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga untuk anak adalah suatu tantangan yang sering dihadapi oleh setiap pasangan.
Hal ini kata dia, keharmonisan erat kaitannya dengan pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua. Hubungan yang harmonis ini akan membantu anak untuk berkembang dan mencapai kesuksesan dalam belajar.
“Bicara pendidikan itu kan ada dua, di Sekolah dan rumah tangga, kalau keduanya bagus, anak juga akan terbentuk, utamanya mencegah anak itu dalam kondisi yang tidak baik,” jelasnya.
Mitthar mengatakan, pada konsep kurang baik tersebut yakni perkawinan dini, faktor tersebut karena tak lain minimnya edukasi berkeluarga sehingga melahirkan konsekuensi kawin muda.
“Potensi kawin muda tidak akan terjadi, kalau anak anak kita telah dididik dengan baik dalam rumah tangga dan pendidikan di Sekolah, Insya Allah akan bagus,” terangnya.
Mithhar menambahhkan, pilar pendidikan berdiri secara kokoh dan memenuhi porsinya masing-masing. Apabila salah satu pilar tersebut kurang diperhatikan maka sering kali menjadi titik lemah bagi masa-masa pertumbuhan seorang anak.
“Ketiga pilar ini, pertama rumah (keluarga), kedua masyarakat, dan ketiga sekolah ada guru disana. Ini tak terlepas dari pendidikan formal dan nonformal, anak harus memperhatikan ketiganya,” tutupnya.
Sekprov Sulbar Muhammad Idris mengatakan Religiusitas adalah kunci membangun keluarga. Penanaman religius kepada anak memiliki afiliasi pada kepercayaan yang berbeda beda.
Konsep tersebut kata Idris, mengantarkan pada kenyataan bahwa semua orang tua menginginkan anak-anaknya teguh menjalankan nilai-nilai agama atau kepercayaannya pada setiap tindakan dan pemikiran.
“Keluarga dipastikan harus menjadi tempat membangun keluarga yang religiusitas atau keagamaan, apa pun agamanya, kita pastikan anak-anak kita itu tidak tercabut dari akar awalnya, termasuk tujuh fungsi keluarga lainnya,” pungkasnya
(Adv/Adr)