SULBARONLINE.COM, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengklaim indeks potensi radikalisme tahun ini menurun bila dibandingkan 2 tahun lalu.
Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius menyebut setidaknya ada 4 faktor yang menjadi penyebabnya.
“Indeks Potensi Radikalisme tahun 2019 secara nasional mencapai 38,43 persen. Artinya, potensi radikalisme secara nasional mengalami penurunan sebesar 16,69 persen dibanding tahun 2017 yang mencapai 55,12 persen,” ucap Suhardi membacakan hasil survei itu di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Selasa (10/12/2019).
Survei yang dilaksanakan BNPT dibantu Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama (Balitbang Kemenag), Lembaga Daulat Bangsa, dan lainnya itu memang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali.
Dengan angka Indeks Potensi Radikalisme itu, Suhardi menyebut potensinya bergeser dari ukuran sedang ke ukuran ringan.
Menurut Suhardi, survei ini menggunakan teknik multistage cluster random sampling yang pengumpulan datanya melalui wawancara tatap muka terhadap 15.360 responden di 32 provinsi dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Survei ini berlangsung pada bulan April hingga Juli 2019 dengan margin error sebesar 0,79 persen.
Turunnya angka indeks itu disebut Suhardi disebabkan 4 faktor yaitu kearifan lokal, kampanye di media sosial, pola pendidikan keluarga, dan kontra atau program penangkalan radikalisme. Kearifan lokal disebut Suhardi menjadi cara yang tepat menangkal paham radikalisme meski pada praktiknya disebut masih tidak berkelanjutan.
“Artinya kearifan lokal masih hanya diyakini diimani sebagai penangkal radikalisme di masyarakat. Namun wawasan dan praktik dalam pelestarian kearifan lokal masih rendah,” sebut Suhardi.
Sementara itu, konten radikalisme keagamaan menurut Suhardi ada 4 hal yang paling dominan untuk menangkal radikalisme, di antaranya konten nilai yang terkandung dalam ibadah, tata cara beribadah, tentang hari akhir dan kehendak Tuhan.
“Terpaan konten keagamaan yang paling dominan 4 konten adalah konten terkait dengan nilai yang terkandung dalam ibadah dengan skor 40,42, kemudian tata cara ibadah yang wajib dengan skor 40,01, hari akhir dengan skor 39,28 dan kehendak Tuhan dengan skor 39,05,” kata Suhardi.
“Artinya konten keagamaan moderat pada sosial media, kearifan lokal yang terinternalisasi dengan baik, perilaku kontra radikal yang intens, serta pola pendidikan keluarga yang baik akan mereduksi potensi radikalisme di masyarakat,” kata dia.
Suhardi mengatakan, turunnya indeks radikalisme di Indonesia berkat kerjasama berbagai pihak.
Dia berharap, kerjasama tersebut selalu ditingkatkan antara warga dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme.
“Jadi mana kala kita bersama-sama dengan seluruh stakeholders dan seluruh masyarakat bergabung bersama FKPT kita sosialisasikan dari dunia maya, apapun itu akan mampu kita memerankan kearifan lokal itu,” tegasnya.