Remaja Sehat Tanpa Anemia

Oleh : Irmawati Tahir (Mahasiswa Universitas Hasanuddin)

SULBARONLINE.COM — Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul pada remaja putri adalah anemia. Kebijakan pemerintah dalam mencegah anemia, yaitu melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2014 pasal 9, pemberian suplementasi gizi bertujuan pencegahan anemia gizi dengan pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.

Program dan kebijakan pemerintah dalam mencegah anemia berfokus pada pemberian suplementasi tablet tambah darah (TTD) pada kelompok rentan. Namun, efektivitas dari program ini belum maksimal dalam mengurangi angka kejadian anemia di masyarakat, yang dibuktikan dengan meningkatnya prevalensi anemia dari 37,1% menjadi 48,9% berdasarkan survei terakhir yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2018.

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah normalnya. Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam tubuh. Protein berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk membentuk molekul hemoglobin yang baru.

Pada dasarnya, anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi. Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan dapat menimbulkan anemia.

Siapapun bisa mengalami anemia. Namun, ada beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap anemia, termasuk wanita muda dan usia reproduksi, anak-anak, dan orang tua. Remaja putri 10 kali lebih mungkin terkena anemia dibandingkan pria muda.

Hal ini disebabkan karena perdarahan menstruasi, kekurangan zat besi pada beberapa makanan, penyakit kronis, ketidakseimbangan asupan makanan, aktivitas yang dilakukan, dan perubahan gaya hidup remaja putri dari teratur menjadi tidak teratur, mengakibatkan remaja putri mengalami penurunan berat badan setiap bulannya. Tidak cukup darah. Makan terlalu terlambat atau tidur terlalu sedikit.

Faktor Penyebab Anemia

Faktor utama penyebab terjadinya anemia defisiensi besi pada perempuan usia reproduksi adalah menstruasi dan kehamilan. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi maka perlu kiranya mendapat perhatian yang cukup.

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat meningkatkan angka morbiditas mortalitas. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada remaja diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya misalnya vitamin A, vitamin C, folat, riboflavin dan B12, kesalahan dalam konsumsi zat besi misalnya konsumsi zat besi bersamaan dengan zat lain yang dapat mengganggu penyerapan zat besi tersebut.

Tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah lesu, lemas, lelah, letih, terabaikan (5L) dan sering mengeluh pusing dan pusing. Gejala lain termasuk kelopak mata pucat, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan dan detak jantung yang terasa (merasa seperti detak jantung yang cepat).

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu penyakit hematologic yang sering ditemukan pada bayi, anak-anak dan perempuan usia reproduksi. Anak-anak dengan ADB akan mengalami gangguan dalam tumbuh-kembang, perubahan perilaku serta gangguan motorik, sehingga dapat mengurangi kemampuan belajar dan menurunkan prestasi belajar di sekolah. Keadaan ini tentunya dapat menghambat perkembangan kualitas sumber daya manusia.

Dampak Anemia Pada Remaja

Dampak dari anemia defisiensi besi adalah penurunan produktivitas, keterlambatan perkembangan mental dan intelektual, melemahnya sistem kekebalan tubuh, dan morbiditas. Anemia memiliki dampak yang berbahaya bagi remaja. Dampak tersebut antara lain gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada remaja, penurunan fungsi dan daya tahan tubuh, gangguan fungsi kognitif dan penurunan produktivitas. Meskipun dampak anemia mungkin tidak langsung terlihat, mereka dapat bertahan lama dan dapat mempengaruhi kehidupan seorang wanita muda di masa depan. Efek anemia antara lain kelelahan, gangguan fungsi kognitif, gangguan gerak, perkembangan mental dan intelektual, penurunan belajar dan konsentrasi, gangguan pertumbuhan karena tinggi badan yang kurang optimal, penurunan aktivitas fisik dan kebugaran, penyebab wajah pucat.

Pencegahan Anemia

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah timbulnya anemia pada remaja terkhusus remaja putri, seperti yang pertama memakan makanan yang kaya akan zat besi, peran zat besi sendiri adalah untuk menghasilkan hemoglobin. Adapun makanan yang mengandung zat besi seperti telur, daging tanpa lemak, sayuran hijau. Kedua, mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin B12, vitamin B12 merupakan nutrisi penting yang dapat membantu Kesehatan saraf, termasuk dalam pembentuk sel darah merah sehat. Ketiga, memakan makanan yang memiliki asam folat, fungsi dari asam folat dalam pencegahan anemia disini adalah asam folat membantu tubuh dalam memproduksi sel-sel baru, termasuk menggantikan sel darah merah yang mati. Keempat, konsumsi makanan vitamin C, vitamin C berfungsi dalam penyerapan zat besi didalam tubuh. Jika beberapa pencegahan sudah dilakukan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka remaja akan terhindar dari anemia.

Dibutuhkan kerja sama lintas sector dalam menghadapi masalah anemia pada remaja terkhusus untuk remaja putri, pemerintah diharapkan membuat program-program yang lebih inovatif dan kreatif berkaitan dengan pencegahan anemia ini, sehingga angka anemia di Indonesia dapat menurun. Dengan demikian, akan tercipta remaja Indonesia yang produktif, kreatif, serta kritis, dan tentunya terbebas dari penyakit anemia.