SULBARONLINE.COM, Mamuju — Wisata Sulawesi Barat masih berada pada titik rintisan. Itulah sebabnya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia khususnya para pekerja di sektor wisata perlu selalu diprioritaskan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Darmawati Ansar, S.IP.M.M.a, pada penutupan Pelatihan Kompetensi Tour Manager di Hotel Grand Putra Mamuju (27/5/2023).
Pelatihan yang diselenggarakan sejak 25 Mei ini diikuti oleh 30 peserta dari 6 kabupaten se Sulawesi Barat, serta menghadirkan asesor dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Anging Mamiri.
Kepada awak media, Darmawati yang baru sekitar 5 bulan menjabat sebagai kepala Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Barat, menyebutkan bahwa program Pelatihan Kompetensi Tour Manager ini adalah program yang pertama kali dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Sulawesi Barat.
Hal tersebut, menurut Darmawati, adalah bukti nyata bahwa Pemprov Sulawesi Barat kini sangat memprioritaskan peningkatan Sumber Daya Manusia di segala lini.
“Pada dasarnya bahwa program ini adalah pertama kalinya dilaksanakan di Sulawesi Barat. Kita sengaja menggandeng asesor dari Lembaga Sertifikasi Pariwisata Anging Mamiri untuk menilai kapasitas setiap peserta kita. Jujur saat ini kami sedang menseriusi kapasitas para pekerja yang berada di jalur profesi kepariwisataan,” kata Darmawati.
Hal ini, kata Darmawati, merupakan cara tersendiri dari Dinas Pariwisata Sulbar untuk meningkatkan kunjungan. Karena jasa kepariwisataan ini harus sesuai Standar, Operasional dan prosedur agar selalu meninggalkan kesan terbaik di hati para wisatawan.
“Jika ingin seperti Bali yang mengandalkan pembambangunannya di sektior wisata, maka kita harus memulai dengan memperkaiki kapasitas para pekerja di sektor wisata. Lagi-lagi bahwa wisata Sulawesi Barat masih di kondisi rintisan. Jadi kerja kita belum selesai” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang peserta dari Kabupaten Mamasa, Berza M Salamangi, S.sos, mengungkapkan bahwa program perdana yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Sulawesi Barat tersebut sangat memberi kesan yang berarti.
Selama ini, menurut dia, hampir 95% tenaga kerja di sektor Pariwisata Sulawesi Barat bekerja tanpa terlatih dan tak tersertifikasi sehingga mempengaruhi dalam pelayanan ke wisatawan.
“Jujur saya sendiri baru pertama kali ikuti pelatihan ini. Disini saya baru tahu bahwa ternyata tenaga kerja itu harus tersertifikasi. Selama ini yang kerja di resto, hotel dan pengelola obyek wisata lainnya tidak ada tersertifikasi. Semua kerja hanya dengan modal pengalaman dan keberanian untuk mencoba dunia kerja di sektor wisata. Kini saya tahu bahwa ternyata sertifikasi kompetensi wisata itu ada beberapa level. Saya bersyukur bisa lolos seleksi untuk ikuti kegiatan ini,” ungkapnya.
Apalagi, tambah Berza, menurut informasi dari LSP bahwa pelatihan kompetensi yang diikuti ini materinya setara dengan Diploma Tiga Kepariwisataan.
“Syukurlah. Ilmu kami bertambah. Pelatihan ini memberi kami bekal yang banyak. Termasuk menyusun paket wisata yang dapat dipasarkan” pungkasnya.