Pemuda Itu Berjuang, Bukan Membangun Afiliasi dengan Partai atau Pemodal

Oleh: Jack Paridi, Sekjen Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI).

KELOMPOK pemuda sedikit mempunyai perbedaan dengan kelompok mahasiswa, namun bicara perjungan itu tetap dalam garis yang sama berjuang dengan dasar perjuangan. Sejatinya kumpulan pemuda di masa-masa perjuangan kemerdekaan adalah berjuang melawan tirani kekuasaan.

Sejarah mencatat, Indonesia yang tak terlupakan sampai hari ini hanyalah penindasan dan perlawanan. Hadirnya istilah anak haram politik etis adalah sekelompok perlawanan pemuda yang menentang kebijakan yang sifatnya tak merujuk pada kesejahteraan rakyat itu sendiri.

Di momen 28 Oktober yang dipahami adalah sejarah pembentukan sumpah pemuda. Setidaknya ada sedikit pemuda yang hanya menganggap bahwa sejarah dirayakan dengan seremonial sehingga pada 28 Oktober itu tak menghilangkan jejak sejarah perlawanan pemuda.

Terlihat dengan sangat jelas kelompok-kelompok pemuda hari ini  yang dibarengi semangat perjuangan. Namun tak bisa disembunyikan ternyata ada kelompok yang dibarengi oleh kepentingan dan di pantau oleh pikiran-pikiran oligarki dan watak-watak kapitalis.

Pembungkaman suara suara kebenaran telah terjadi dari sejarah terbentuknya negara Indonesia. Sampai pada Era demokrasi hari ini pembungkaman itu tetap berjalan tapi dengan metode yang modern. Perlawanan para pemuda pada zaman penjajahan Belanda di bungkam dengan istilah anak haram politik etis. Mereka dianggap anak haram oleh pemerintah. Jika ditarik ke zaman kontemporer, omnibuslaw mengundang perlawanan mahasiswa namun di bungkam dengan alasan hoax. Artinya penindasan itu tetap berlangsung namun dengan gaya baru namun pada hakikatnya tetap pada konteks penindasan.

Judul dari tulisan ini adalah berangkat dari pada kenyataan sosial yang tak bisa dikesampingkan.jika kelompok pemuda membangun sebuah kerjasama dengan partai dan pemodal maka berhenti mengatasnamakan perjuangan pemuda. Karena hari ini partai bukan lagi sebagai alat pembebasan namun berubah menjadi alat pelanggeng kekuasaan.

Kita  belum merasakan demokrasi yang sesunggunya. Orang kebanyakan mengartikan demokrasi ketika hanya dalam masa masa pemilu itu pun praktek-praktenya  tidak lagi demokrasi. Hari ini tugas pemuda sangat-sangat tidak memungkinkan untuk di minimalisir dan di negosiasi.

Namun kesadaran pemuda sangat mungkin untuk di ukur. Ketertinggalan pendidikan hari ini membuat pengangguran semakin membludak dalam waktu yang singkat. “Katanya” yang harus dibenahi adalah pendidikan bukan regulasi yang dirampingkan.

Situasi bangsa hari ini semakin sadis diporak-porandakan para penguasa mulai dari hulu hingga hilir yaitu pembuatan produk Hukum sampai pada perlindungan kapitalisme, tapi pemuda tak sedikit masih  nyaman memeluk bantal. Perubahan sosial dan tatanan negara tetap pada pengaruh kritik pemuda beserta perjuangannya.

”SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA 28 OKTOBER 2020, JADILAH PEMUDA BAIK-BAIK