Tiga Peribahasa Orang Mamuju yang Membentuk Sikap dan Karakter “Malaqbiq”

SULBARONLINE.COM, Mamuju – Menelisik kiasan ungkapan atau peribahasa bahasa Mamuju tidak ada habisnya. Ungkapan peribahasa Mamuju yang sering didengar dari anggota tubuh yang sering kita gunakan, dipakai sebagai ungkapan yang berarti menggambarkan sifat, keadaan dan situasi.

Pada Senin 2 Mei 2023, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju melalui Kepala Bidang Seni dan Budaya, Marwan Haruna membincang sejumlah hal. Diantara yang menarik dalam perbincangan itu adalah peribahasa.

Tokoh Budayawan senior dan sekaligus Sekretaris Penyusun Kosa Kata bahasa Mamuju, Abdul Rasyid Kampil setidaknya menyebutkan 3 hal. Kalindaqdaq diantaranya yang mempunyai arti ungkapan perasaan seseorang dari tutur kata seseorang.

Rasyid Kampil memulainya dengan kalimat “Bisse sara nisitimmangngi, lantosiriq nisikamungngi”. Kalimat ini mengandung unsur sikap dan ketegasan dalam memandang persoalan yang mesti dihadapi bersama-sama.

“Setiap masalah diselesaikan bersama, persoalan siri’ (Harga diri), digenggam bersama,” ungkap tokoh budayawan Mamuju mengartikan ke dalam bahasa Indonesia.

Kemudian ungkapan berikutnya berbunyi “Da’a mutangngar tuna batanna kenu’ kanuku lipa’na, tangngari rangngo riu’ bua nga-nganna”. Bermakna, sifat, sikap, dan karakter sesesorang tidak bisa dilihat dengan pandangan sekilas.

“Dalam kehidupan sehari-hari janganlah kita memandang akan penampilan, kusut wajah seseorang, mungkin compang-camping kain lindung tubuhnya, tapi senantiasa menjaga tutur budi bahasanya,” jelasnya.

Kalimat terakhir adalah, “Maiko randang palaiko pota’ atau palaiko pota maiko randang”. yang berarti menyingkirkan segala yang tidak baik, dan mengambil sesuatu yang baik.

“Sesuatu yang kotor, tidak baik, pergilah jauh-jauh. Maiko randang, semua kebaikan datanglah,” ungkapnya.

Kata malaqbiq memiliki kekuatan besar masyarakat Mamuju pada khususnya dan Sulawesi Barat, dan kalimat ini juga menjadi penyokong semangat dari paku hingga suremana. Malaqbiq Karakter masyarakat Sulawesi Barat yang berkenyataan.

“Melalui ungkapan-ungkapan kebahasaan, lahirlah ciri Malaqbiq itu. Gemulai tangan mengayuh, derap kaki melangkah, tutur budi bahasa, tiga seuntai tak terpisahkan,” sebut Rasyid.

Sementara itu, Kabid Seni dan Budaya Disparbud Mamuju, Marwan Haruna menjelaskan bahasa lokal sebagai identitas perlu terus dipertahankan, dirawat dengan terus digunakan sehari-hari.

“Bahasa daerah merupakan wadah kebudayaan yang mencerminkan identitas, sehingga perlu terus diajarkan, dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai warisan budaya,” tutup Marwan.