Mengenal Ritual Adat Mansossor Manurung di Kerajaan Mamuju

SULBARONLINE.COM, Mamuju – Sebagai Negara yang majemuk, Indonesia memang sangat kaya akan budaya, adat dan tradisi. Kekayaan tradisi, adat dan budaya ini pun masih terus dipertahankan, dijaga dan dilestarikan dengan baik oleh maayarakat Indonesia.

Tradisi, Adat dan Budaya ini merupakan warisan dari nenek moyang, sebagai kekuatan untuk menunjukkan identitas Indonesia itu sendiri di mata dunia.

Salah satu tradisi yang sangat terkenal di Mamuju, Sulawesi Barat misaonya, adalah Mansossor Manurung. Mansossor atau bisa juga disebut Manossor Manurung adalah ritual adat pencucian keris yang dilakukan oleh Kerajaan Mamuju.

Keris pusaka yang dibersihkan dalam upacara tersebut berasal dari Kerajaan dua Kerajaan, yakni Kerajaan Mamuju dan Kerajaan Badung, Bali. Rangkaian tradisi tersebut dilakukan setiap dua tahun sekali di Tahun ganjil.

Tradisi pembersihan keris merupakan peninggalan yang diturunkan dari hubungan Kerajaan Mamuju dan Badung, Bali di masa lampau. Pengertian tradisi Mansossor Manurung sendiri berasal dari kata Mansossor yang memiliki arti penyucian atau pembersihan dan Manurung yang berarti benda kerajaan.

Awal hubungan Kerajaan Mamuju dan Badung

Ritual Mansossor Manurung tak hanya dilakukan oleh orang Mamuju, namun juga oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah Mamuju dengan ritual khas dari Bali. Hal tersebut dilatarbelakangi hubungan keduanya yang sudah terjalin pada Tahun 1500 Masehi.

Menurut legenda, pada masa itu seorang putra mahkota Mamuju bernama Pattolawali yang merupakan anak dari Raja Tommejammeng menikahi putri dari Raja Badung, Bali.

Pernikahan pasangan tersebut dikaruniai seorang putra yang memiliki kembaran sebuah keris. Benda yang dianggap sebagai kembaran sang putra tersebut kemudian dinamakan Manurung.

Keris tersebut menjadi sebuah benda penghormatan dan tanda ikatan atas kedua kerjaan. Tak hanya menjadi benda pusaka, keris itu juga memiliki panggilan khusus yaitu Maradika Tammakkana-kana yang berarti raja yang tidak berbicara.

Proses Masossor Manurung

Dalam melakukan pembersihan dari keris pusakanya ada beberapa pihak yang hadir dan memiliki hak untuk ikut melakukan prosesi tersebut.

Pertama adalah kehadiran Maradika atau raja dari Mamuju, selanjutnya adalah kehadiran Gala’ggar Pitu yang merupakan 7 pemangku adat kawasan Kerajaan Mamuju. Tak hanya pihak kerajaan Mamuju pihak dari kerajaan Badung pun kerap hadir dalam acara tersebut.

Tradisi Mansossor Manurung sendiri dipercaya memiliki kesaktian yang dapat memberikan berkat pada masyarakat. Mulanya, tradisi ini dilakukan saat masyarakat Mamuju mengalami masa sulit yaitu kekeringan. Hal tersebut mendorong raja untuk memerintahkan Gala’ggar Pitu agar memandikan dan mensucikan keris pusaka kerajaan.

Setelah melakukan pembersihan, air hasil cuci keris tersebut coba untuk disebar ke kebun, disiram ke sawah dan laut. Penyebaran air tersebut akhirnya meredakan kekeringan yang terjadi pada rakyat setempat.

Harus Tetap Terjaga

Karena kemunculannya yang bersamaan dengan putra makhota terdahulu Kerajaan Mamuju, umur keris pusaka tersebut saat ini juga mencapai ratusan tahun. Perlu dilakukan upaya untuk terus menjaga dan melestarikan keberadaan dan tradisinya.

Pada pertengahan Desember 2019 lalu, ritual adat Mansossor Manurung menjadi salah satu agenda dalam Festival Maradika Mamuju. Forum yang menghadirkan sekira 150 perwakilan kerajaan di Nusantara tersebut menjadi wadah silaturahmi yang bisa mendukung tradisi tersebut untuk terus eksis.

Para tetamu istimewa, khususnya raja-raja yang hadir saat itu mengaku sangat berbangga dapat menyaksikan proses ritual adat Mansossor Manurung di Kerajaan Mamuju.