SULBARONLINE.COM, Mamuju — Moment peringatan HUT RI yang ke 78 tahun ini ada yang unik di Kabupaten Mamasa, tepatnya di Dusun Burri Sirope Tenete Tagari, Desa Pebassian.
Upacara pengibaran bendera merah putih yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, komunitas wisata Burriq Sirope, pencinta tenun dan kelompok literasi pangngukiq dengan hikmat melaksankan upacara tersebut dengan mengusung tema Tenun Mamasa.
Di mana para peserta yang hadir menggunakan baju adat Mamasa dengan warna merah putih dan di ikuti masyarakat desa menggunakan sambu Mamasa.
Yang sepesial dari HUT RI yang ke 78 bendera merah putih yang dikibarkan adalah dibuat langsung oleh penenun dari Desa Pebassian danĀ diklaim menjadi bendera merah putih pertama yang terbuat dari kain tenunan. Momentum tersebut sekaligus mendeklarasikan desa Pebassian sebagai desa wisata tenun.
Kepala Desa Pebassian, Daud Demmapapa, menyampaikan dalam sambutannya bawah di hari yang bersejarah ini sebagai warga negara yang baik harus menghargai perjuangan para leluhur dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia ini.
“Tugas kita saat ini hanya perlu menjaga dan melestarikan, segala upaya yang telah dititipkan para leluhur kita,” katanya.
Daud mengatakan, terkhusus kain tenun Mamasa sangat perlu dijaga, dirawat dan dilestarikan.
“Maka dengan hari yang spesial ini saya selaku pemerintah Desa Pebassian menyampaikan kepada para masyarakat, apakah kita siap mendeklarasikan Desa Pebassian sebagai desa wisata tenun di kabupaten Mamasa?,” tanyanya.
“Siap, siap, siap,” jawab warga dengan lantang.
Selain tenunan yang menjadi kebanggaan warga setempat, Kepala Desa menyebut, lokasi tempat upacara ini bernama Tenete Tagari atau bukit Tagari. Di bukit inilah, anggrek Tagari tumbuh subur dan menjadi salah satu potensi Desa Pebassian.
“Mari kita menjaganya dan melestarikannya sebab akan menjadi salah satu objek wisata alam yang ada di kabupaten Mamasa, atau paling tidak anak cucu kita masih dapat menikmati keindahan alam tenete Tagari ini. Jangan biarkan orang tidak bertanggung jawab datang dan mengambil sesukanya tanpa ada niat untuk melestarikannya,” tutup Daud.
Di tempat yang sama setelah upacara selesai, Ketua panitia kegiatan dari Komunitas BurriĀ Sirope (KBS) Jepri Mei Anto, berharap Desa Pebassian bisa mengalama suatu kemajuan dalam pariwisata sebagai salah potensi untuk menumbuhkan kembangkan perekonomian masyarakat.
“Kami juga selalu masyarakat desa Pebassian mengharapkan perhatian dari pemerintah untuk mendukung pengembangan wisata yang ada di desa Pebassian. Dan tentunnya dukungan dari berbagai pihak seperti pegiat wisata dan tenun agar tetap mendukung kami dalam melestarikan warisan leluhur dan wisata alam Mamasa,” harapnya.
“Dan kami merasa hari ini bangga pada momentum HUT RI yang ke 78 tahun, sebab kami mampu mengibarkan bendera merah putih dari kain tenun khas Mamasa,” tutupnya.