SULBARONLINE.COM, Tobadak — Siwali Parriq, dua suku kata yang menggambarkan kerukunan dalam keberagaman budaya, suku dan agama di Desa Polongaan, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng).
Siwali Parriq, jika dikonversi dalam bahasa indonesia adalah kurang lebih mengandung makna senasib dan sepenanggungan. Di sana ada saling peduli antar sesama tanpa memandang status sosial.
Kata Siwaliparriq menjadi Film pendek yang digarap, Sub Bagian Organisasi Tata Laksana dan Kerukunan Umat Beragama (Ortala dan KUB) Kantor wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulbar, berkalaborasi dengan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulbar, Pemerintah Desa, dan Pemuda Lintas Agama.
Menanggapi langkah Kemenag Sulbar ini, Penjabat Kades Polongaan Muh. Saiful. S, merespon positif kegiatan Kemenag Sulbar yang ingin membuat film pendek dengan melibatkan anak muda yang tergabung dalam pemuda lintas agama Desa Polongaan ini.
“Kerukunan umat beragama cukup terjalin dengan baik. Selama ini, toleransi beragama saling tetap terjaga sejak desa ini berdiri tahun 1990,” kata Saiful.
Ditemui di Kantor Desa Polongaan, Minggu, (13/06/2021), Kakanwil Kemenag Sulbar yang diwakili Kasubag Ortala dan KUB Kanwil Kemenag Sulbar, Muhammad Abidin, menyampaikan alasan desa Polongaan ini dijadikan sebagai ikon kerukunan, yang berawal dari pemetaan, strategi wilayah dan rumah ibadah.
“Desa ini sangat berpotensi dimunculkan, karena telah memenuhi kriteria sebagai desa kerukunan umat beragama, termasuk didalamnya pola hubungan dan kekerabatan masyarakatnya sangat kuat,” terang Abidin.
Berbagai akses informasi kata Abidin, baik dari warga Polongaan maupun masyarakat tetangga desa menilai bahwa masyarakat lintas agama di desa Polongaan memang sangat rukun.
“Di sinilah moderasi beragama dan budaya itu tergambar jelas dan itu sangat berperan dalam menjamin masyarakat bebas menjalankan agamanya masing-masing, hal inipun terlihat dari warganya yang ramah, suka tolong menolong dan saling bantu,” ujarnya.
Dari proses pembuatan film inilah terbangun komunikasi dan kolaborasi antar lembaga, bukan cuma pihak pemerintah desa, lembaga keagamaan tetapi KPID Sulbar yang ikut andil dalam pembuatan dokumenter ini. Mulai dari materi siaran maupun pengawasan produksi siaran.
“Ini adalah kolaboratif antara semua pihak, tujuan kita bersama ingin mengangkat Polongaan. Desa ini dengan sebutan miniatur indonesia dikenal diluar dengan kerukunan antar umat beragamanya yang terjalin sangat baik dan bisa menjadi inspirasi oleh yang lain,” bebernya.
Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID Sulbar, Busrang Riandhy menilai, ini sebuah inovasi dan kreatifitas Sub Ortala dan KUB Kanwil Kemenag Sulbar dengan melibatkan stakeholder, tokoh agama dan pemuda lintas agama.
“Sebuah kebanggan tersendiri bagi KPID Sulbar dilibatkan dalam penyusunan naskah, cerita hingga memantau langsung pembuatan film pendek. Salut buat pemain dan kru yang senantiasa mematuhi protokol Kesehatan dalam produksi film bertema memelihara kebersamaan dalam kerukunan umat beragama ini,” terang Busran.
Sekadar diketahui, pengambilan gambar semuanya di wilayah desa polonggaan dengan layar belakang 4 rumah ibadah yakni Masjid Istiqomah, Gereja Toraja Mamasa, Gereja St. Mikail Tobadak dan Pura Sapta Kerti, serta tugu dan pintu gerbang Kawasan Kerukunan Umat Beragama. Sedangkan para pemeran utama dalam film ini adalah Sekertaris Desa Polongaan, tokoh agama, dan tokoh pemuda lintas agama.