Narasumber di Rakernas FKPT, Ini Kata Prof Nasaruddin Umar

SULBARONLINE.COM, Jakarta – Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Nasaruddin Umar, menjadi Narasumber pertama dalam kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Senin (18/2/19).

Di hadapan 288 pengurus Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) se Indonesia, mantan Wakil Menteri Agama RI ini, mengungkapkan hasil penelitiannya terkait upaya menangkal gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Menurutnya, salah satu cara untuk mencegah radikalisme dan terorisme di Indonesia adalah dengan cara melestarikan kearifan lokal di tengah-tengah masyarakat.

“Hasil penelitian kita membuktikan bahwa salah satu cara mencegah radikalisme dan terorisme adalah menjunjung tinggi kearifan lokal. Kearifan lokal kita ini sangat luar biasa,” ucap Prof Nasruddin.

Selama ini, kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, kearifan lokal di setiap daerah masih cenderung dikesampingkan. Dampaknya, banyak generasi muda yang tak memahami identitas kearifan lokalnya sendiri.

Prof. Nasaruddin Umar, berpoto bersama Ashari Rauf (Sekretaris FKPT Provinsi Sulbar), FKPT Bali dan FKPT Kalimantan Barat, di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Senin (18/2/19).

“Dan Pemerintah daerah kurang mengalokasikan anggaran untuk pelestariannya. Padahal ini sangat penting. Mestinya Pemda mengajak FKPT membicarakan hal ini,” ungkapnya.

“Pengurus FKPT di setiap daerah ini kan merupakan tokoh-tokohdi bidangnya masing-masing. Mereka semua memiliki wawasan yang baik. Bahkan, pengurus FKPT di semua daerah ini adalah pakar-pakar tentang radikalisme dan terorisme,” sambungnya.

Guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini, menambahkan bahwa radikalisme dan terorisme kedepan tidak lagi sebatas balutan Agama. Tapi tema-tema terorisme kedepan itu juga mengalami perubahan-perubahan, seperti karena alasan keadilan atau ketimpangan sosial.

Olehnya, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama (PBNU) ini, juga menitip pesan bahwa menjalankan ajaran agama harus kokoh agar Indonesia tetap terjaga. Jika itu bisa dijalankan, maka kehidupan beragama juga menjadi kuat.

“Jangan suka membid’ah-bid’ahkan dan mengkafir-kafirkan, supaya Indonesia tetap terjaga. Selama ini ada kelompok yang terlalu gampang membid’dahkan, mensyi’ahkan, meliberalkan orang lain, bahkan ada yang beryel-yel memecah belah umat,” jelasnya.

Prof Nasruddin Umar juga mengingatkan, bahwa radikalisme itu sesungguhnya tidak akan pernah mati di negara moder’n. Sebab, radikalisme adalah anak kandung dari globalisasi. Begitu pun ketidakadilan akan selalu melahirkan terorisme.

“Untuk itulah penting menjaga stabilitas sosial, ekonomi dan politik. Caranya adalah dengan menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Dan yang lebih penting adalah perkuat kearifan lokal,” ujarnya.