Makanan Dalam Perspektif Kesehatan Jasmani dan Rohani

Oleh; Dr. Muhammad Said, S. Th.I, M.Th.I (Dosen STAIN Majene)

Berbicara tentang makanan, maka sebagian orang masih menempatkan pada masalah yang tabuh untuk dibicarakan apalagi dalam media seperti ini. Namun Islam berpandangan lain bahwa status makanan halal atau haram, baik perolehan maupun zatnya termasuk zat jenis narkoba adalah salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani manusia.

Ali Yafie dalam pengantarnya terhadap buku yang ditulis oleh Thobieb al-Asyhar yang berjudul “Bahaya Makanan Haram” menjelaskan bahwa sekitar 30 ayat al-Qur’an yang menyebutkan atau perintah pentingnya umat Islam menjaga dan memperhatikan makanannya sebelum dimakan. Dalam Qs. Abasa: 24; “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”, dan Qs. Al-Maidah: 88; “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

Selain itu, umat muslim juga harus memperhatikan cara makan yang sehat sebagaimana Hadis Nabi riwayat Ahmad bin Hanbal dan al-Tumuzi menjelaskan bahwa “Tidak ada suatu tempat yang dipenuhi oleh anak cucu Adam yang lebih buruk dari pada perutnya. Cukuplah bagi anak cucu Adam itu beberapa suap makanan saja, asal dapat menegakkan tulang rusuknya. Tetapi apabila ia terpaksa melakukannya, maka hendaklah sepertiga (dari perutnya) diisi dengan makanan, sepertiganya dari minuman dan sepertiganya lagi dengan nafasnya”.

Menurut HM Hembing Wijayakusuma pakar pengobatan tradisional dan akupuntur bahwa makanan halal akan mencerminkan jiwa yang bersih, sebaliknya setiap makanan yang diharamkan oleh Islam mengandung bahaya, baik lahir maupun batin. Dari pandangan ini dapat dipahami bahwa makanan haram yang telah dikonsumsi akan berproses terhadap perkembangan fisik maupun rohani. Dengan demikian, pikiran dan jasmani yang lahir atau bersumber dari yang haram, akan cenderung berpikir yang haram dan berperilaku yang haram pula.

Islam dalam hal ini, betul-betul serius mengenai larangan mengkonsumsi makanan haram. Dalam hadis Rasulullah saw. riwayat Imam Ahmad, sangat tegas menyebutkan akibat buruk dari makanan haram yang telah dikonsumsi yakni “Setiap daging yang tumbuh yang diperoleh dari kejahatan (jalan haram), maka neraka lebih layak baginya”.

Sedangkan mengkomsumsi makanan halal memiliki dampak positif terhadap prilaku manusia, Menurut Thabieb al-Azhar, bahwa setidaknya ada empat hal yang dapat dirasakan secara langsung dari mengkonsumsi makanan baik dan halal yakni:

1. Menjaga keseimbangan jiwa yang secara fitrah memang suci, sehingga cenderung berbuat amal saleh. Hal ini dijelaskan dalam QS. al-Mu’minun/23: 51; yaitu “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

2. Memiliki sifat mujahadah (juang), dan konsisten dalam melaksanakan perintah Allah swt. sebagaimana dijelaskan hadis Rasulullah saw. Riwayat Thabrani dari Abu Hurairah, “Barang siapa yang berusaha atas keluarganya dari barang halal, maka ia seperti berjuang di jalan Allah. Dan barang siapa menuntut dunia akan barang halal dalam penjagaan, maka ia berada dalam derajat orang-orang yang mati syahid.

3. Dapat mensucikan hati dan menjaga lisan dari perkataan sia-sia, sehingga bersamaan dengan itu, meningkat pula kualitas kesalehan, baik lahir maupun batin sehingga Allah menerangi hatinya dan Dia alirkan sumber-sumber hikmah dari hatinya atas lisannya.

Berangkat dari uraian di atas, menunjukkan bahwa umat Islam harus berhati-hati secara sungguh-sungguh dalam cara dan perolehan harta yakni harus yakin atas kehalalan sumber rezeki agar tidak berdampak negatif pada kesehatan jasmani dan rohani serta berimplikasi pada kehidupan dunia dan akhirat. (Majene, 24 September 2020).