SULBARONLINE.COM, Mamuju – Tingginya curah hujan di Mamuju beberapa hari belakangan ini menyebabkan terjadinya banjir di sejumlah titik.
Beberapa titik yang menjadi langganan banjir seperti di perempatan jl. Husni Thamrin, area BTN Ampi, Kompleks Pemda, sekitar pertamina Simbuang dan di jl. Urip Sumoharjo (Depan kantor BRI).
Kondisi tersebut cukup memprihatinkan, mengingat curah hujan yang tinggi masih terus terjadi yang menyebabkan potensi banjir dan genangan air masih sangat mungkin terjadi.
Namun, di sisi lain berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah maupun instansi vertikal yang berkenaan dengan kondisi tersebut.
Kepala Dinas PUPR Mamuju, Salihi Saleh, Kamis (25/6/2020) mengatakan, kondisi dengan curah hujan tinggi ini adalah dilema yang perlu mendapat perhatian bersama. Pasalnya genangan air hingga banjir ini terjadi dinilai salah satunya akibat adanya dampak pengembangan kota yang tidak bisa dihindari.
Dia menjekaskan, pembangunan fisik seperti perumahan dan lainnya senantiasa menggunakan material yang dikeruk dari pegunungan di sekitar wilayah kota Mamuju, menyebabkan daerah resapan air semakin berkurang. Di sisi lain sebagai Ibu Kota Provinsi yang terus mengalami perkembangan tidak dapat menghadiri konsekuensi atas dampak pembangunan tersebut.
Meski demikian, lanjut Salihi, pemerintah daerah melalui Dinas PUPR telah melakukan sejumlah langkah penanganan.
Pertama, sebut dia, penanganan jangka pendek dengan melakukan pengerukan sedimen dan sampah di sejumlah titik yang paling rawan banjir oleh Satgas PU yang khusus menangani hal tersebut.
Sementara, untuk jangka panjang pihaknya terus memprogramkan pembangunan dan rehabilitasi kanal untuk pengembangan saluran air yang terkoneksi hingga ke sungai dan laut.
Salihi tak menampik hal itu membutuhkan jumlah anggaran yang tidak sedikit, bahkan bisa mencapai Rp. 20 miliar. Namun, kondisi itu terkendala jumlah anggaran APBD yang masih terbatas.
Olehnya, sambung Salihi, penanganannya dilakukan dengan menentukan prioritas titik terlebih dahulu. Dipastikan untuk tahun ini PUPR baru dapat menyiapkan anggaran pemeliharaan dan rehab drainase sekitar Rp. 2 miliar yang tentu nilai ini masih cukup terbatas.
olehnya ia berharap konsep penanganan saluran air dari hulu ke hilir ini juga dapat dilakukan dengan sinergi atara pemerintah kabupaten, instansi vertikal terlebih pemerintah provinsi.
“Upaya pemkab Mamuju menangani persoalan yang telah berlarut dari tahun ketahun ini disadari atau tidak telah mulai membuahkan hasil. Faktanya dari tiap kondisi banjir ataupun genangan air yang terjadi akibat curah hujan tinggi telah dapat langsung surut kembali hanya dalam beberapa jam saja yang mengindikasi saluran air telah mulai berfungsi baik,” jelas Salihi.
Meskipun di beberapa titik tetap harus mendapat perhatian, dia pun mengapresiasi kinerja Balai Jalan dan Jembatan yang telah melakukan berbagai langkah sebelumnya seperti memperbaiki saluran air dan plat dekker di depan kantor DLHK yang terbukti ampuh mengurai genangan air.
Rencananya, sambung Salihi, hal serupa juga akan kembali dilakukan oleh dinas PU untuk segera menangani banjir di Jl. Husni Thamrin Mamuju sebagai salah satu titik yang cukup parah bila terjadi banjir.
Menutup penjelasannya, Salihi juga berharap kesadaran semua elemen masyarakat untuk bersama-sama memperhatikan kebersihan lingkungan karena salah satu penyebab banjir adalah banyaknya sampah yang terbawa arus dan tidak tersalurkan di beberapa drainase dalam kota Mamuju.