SULBARONLINE.COM, Mamuju – Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Mamuju Marwan Haruna menemui salah satu budayawan Mamuju yakni H.Abdul Rasyid Kampil. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka menggali dan memperkaya pengetahuan dan informasi mengenai tradisi dan budayaan serta kearifan lokal warisan budaya suku Mamuju.
Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Mamuju Marwan Haruna berbincang dan berdiskusi selama hampir 2 jam bersama Rasyid Kampil. Ia berdiskusi seputar sejarah kerajaan Mamuju, perangkat adat hingga seni dan budaya yang dimiliki kerajaan Mamuju kala itu sekitar tahun 1540 an awal kerajaan Mamuju berdiri.
Rasyid Kampil juga menceritakan awal mula terbentuknya kerajaan Mamuju. Menurutnya, kerajaan Mamuju terbentuk atas bersatunya 4 empat orang tua atau tokoh dari berbagai distrik seperti nenek Tambukibassi dari Tampalang, nenek Takaramana dari Simboro, Nenek Tamakkadai dari Mamuju dan nenek Talbainna dari Kalumpang. Keempat tokoh itu kemudian membuat kesepakatan dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pue Tudileo sebagai raja pertama Mamuju kala itu.
Referensi lain juga menyebutkan bahwa tahun 1540 adalah tahun terbentuknya kerajaan Mamuju dari hasil perpaduan dari tiga buah kerajaan di Rante Lisuang Ada’ Kurungan Bassi, yakni Kurri-Kurri, Langgamonar dan Managgallang oleh Pue Tunileo.
Tahun 1540 didasarkan atas pemikiran dan fakta sejarah bahwa pada tahun tersebut, tercatat dalam sejarah Pelabuhan Kurri-Kurri sebagai pelabuhan Internasional yang telah menjadi persinggahan Portugis mambawa barang komuditas pada rute Karajaan Siang di Pangkaje’ne sebelum Gowa dan Manado Tua (Sulawesi Utara).
Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Mamuju Marwan Haruna menegaskan bahwa kebudayaan Mamuju harus terus dijaga dan dilestarikan ditengah gempuran modernisasi dan kemajuan teknologi saat ini. Jika tidak maka Marwan memastikan kebudayaan, tradisi dan adat isti adat akan punah.
“beberapa kebudayaan Mamuju sudah kita coba kembali angkat misalnya seperti tari-tarian, makanan khas, dan pakaian adat seperti kisalnnya Sallu atau penutup kepala ini akan kami mulai budayakan. Mempertahankan budaya itu sangat sulit, apalagi di zaman sekarang.”kata Marwan (Selasa, 02/05/23).
Marwan mengatakan sebagai upaya mempertahankan eksistensi budaya dan adat Mamuju, pihaknya berencana akan melakukan sosialisasi kebudayaan ke sekolah-sekolah baik di tingkat SMP maupun tingkat SMA/SMK.
“Kita sudah programkan dalam waktu dekat ini kita akan berkunjung ke sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisaai kebudayaan, pemahaman budaya harus diketahui sejak dini oleh siswa/siswi kita.”ungkapnya.