SULBARONLINE.COM, Mamuju — Kondisi memilukan yang dialami lima bersaudara yatim piatu yang tinggal di Dusun Saludango, Desa Sondoang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, terus mendapat perhatian dari sejumlah pihak.
Salah satunya datang dari salah seorang tokoh dan putra daerah Kalukku yang enggan disebutkan namanya.
Melalui Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Pitu Ulunna Salu (Ipmapus) Cabang Mamuju bekerjasama dengan Sanggar Merah Putih Kalukku, tokoh yang meminta identitasnya tidak dipublikasi ini akan membangunkan rumah yang lebih layak.
Ia juga akan memberikan santunan pada kelima anak ini, termasuk Kakek dan Neneknya setiap bulan agar ekonominya terpenuhi dan tarap kehidupannya lebih membaik.
Ketua Ipmapus Cabang Mamuju, Akbar menyampaikan rasa syukur atas bantuan dari tokoh dermawan itu. Tokoh ini diakui Akbar, tidak pernah dikenal sebelumnya.
“Saya tidak mengenal beliau secara dekat. Dari awal kami sebagai Ipmapus Cabang Mamuju mencari jalan untuk bagaimana bisa bagunkan rumah yang lebih layak. Dan Alhamdulillah kami dipertemukan oleh seseorang yang memiliki hati yang begitu tulus, lebih layaknya kami sebut sebagai malaikat yang dikirim sang maha kuasa untuk anak yang malang ini,” kata Akbar, Sabtu (8/4/23).
“Beliau akan bangunkan rumah melalui teman-teman Ipmapus Cabang Mamuju dan Sanggar Merah Putih. Dan saya yakin betul bahwa Allah sudah mengatur rezeki setiap hambanya dan akan diberikan kapan saja dan tentu melalui siapa saja,” tambah Akbar.
Akbar mengaku, tokoh dermawan ini berpesan agar mendampingi keluarga tersebut, sekaligus kedepan akan terus diberikan perhatian secara berkesinambungan.
“Beliau hanya berpesan, bagunkan rumah yang lebih layak dan sampaikan pada Nenek dan Kakeknya bahwa akan dijadikan sebagai anak asuh/anak angkat, dan juga akan diberikan santunan setiap bulan untuk biaya hidup. Beliau juga berpesan agar tidak memberitahukan namanya pada siapapun,” tutup Akbar.
Seperti diketahui, kelima anak yatim piatu tersebut yakni Fitriani (15), Ahmad (10), Akbar (7), Sabila (5), dan Ilham (3). Kelimanya tinggal dan dirawat kakeknya Badurasi (60) dan neneknya Musniati (61) di tempat tinggal sederhana di sebuah lahan perkebunan milik warga.
Mereka bertujuh tinggal di gubuk berukuran 2×3 meter persegi dengan kondisi seadanya tanpa kasur, dinding, dan alat penerang listrik.