SULBARONLINE.COM, Mamuju – Pada masa akhir tugasnya, Pj. Gubernur Sulawesi Barat, Dr. Akmal Malik memberikan motivasi kepada Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berasal dari Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene pada Rabu (10/5/2023) di Pelabuhan Palipi Soreang, Kecamatan Sendana Kabupaten Majene.
Tim Pendamping Keluarga memiliki tugas melakukan serangkaian kegiatan meminimalisir pengaruh faktor risiko stunting melalui kegiatan penyuluhan KIE, fasilitasi rujukan pelayanan, fasilitasi program bantuan dan surveilance.
Dihadapan 300 lebih anggota TPK yang hadir, Akmal Malik mengatakan stunting merupakan ancaman masa depan bangsa karena stunting bukan hanya masalah tinggi badan, melainkan pada tingkat kecerdasan dan daya saing generasi penerus di masa yang akan datang.
“1000 Hari Pertama Kehidupan pada anak jika tidak mendapatkan asupan gizi yang bagus, bisa dipastikan akan berisiko terkena stunting. Beratnya tidak sesuai dan tingginya juga tidak sesuai,” jelas Akmal.
Penanganan Stunting di Sulawesi Barat menjadi perhatian khusus, karena berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi Stunting di Sulbar sebesar 35%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 33,8%.
Persoalan stunting menjadi persoalan bersama, mengingat sampai saat ini posisi Sulawesi Barat masih berada pada urutan ke-2 tertinggi stunting di Indonesia. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pelayanan dan pendampingan kesehatan kepada calon pengantin, ibu hamil dan menyusui, baduta dan balita.
Hadirnya Tim Pendamping Keluarga untuk mengawal Ibu Hamil dalam pemberian tablet tambah darah, mengingatkan kepada orang tua yang memiliki bayi untuk memberi asupan gizi yang baik dan pendampingan kepada calon pengantin (catin).
“saya telah turun ke lapangan mulai dari kabupaten Pasangkayu hingga Mamasa, pekerjaan TPK mungkin cukup berat, namun saya hadir disini untuk menggugah kepedulian Tim Pendamping Keluarga dan tetap bbersemangat dengan berbagai kendala yang dihadapi. Jika Sulbar ingin lebih maju ke depan, kuncinya ada pada anak-anak kita yang akan menjadi generasi muda,” katanya.
Lebih lanjut Akmal mengatakan anak-anak di Sulbar diharapkan akan menjadi pemimpin di masa depan, namun akan menjadi tanda tanya besar jika masih banyak terjadi kasus stunting di daerah.
“Mohon Bapak dan Ibu sekalian jangan egois, jabatan yang anda pegang nggak lama hanya beberapa tahun, misalnya Pak Bupati periodenya hanya 5 tahun, kepala desa taruhlah hanya 8 tahun. Pertanyaan berikutnya siapa yang akan kita harapkan menjadi pemimpin, ketika banyak anak-anak kita yang kurang gizi atau stunting, yakin nggak kualitas kita bisa lebih baik ke depan? Nggak bakal!,” tegasnya.
Kepala perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Barat, Nuryamin menambahkan, stunting dapat kita tangani bersama apabila tenaga pendamping keluarga yang kita bentuk sebanyak 953 tim melaksanakan tugas dan perannya dengan baik dari hulu dalam hal pencegahan stunting.
“sebagai ujung tombak penanganan stunting, tim pendamping keluarga yang mendapatkan dukungan dari sisi operasional tidak bekerja sendiri tetapi bekerjasama dalam melakukan pendampingan kepada keluarga berisiko stunting,” ujar Nuryamin.
Meskipun kegiatan ini dilaksanakan dalam kondisi panas yang sangat terik, namun tidak menyurutkan antusiasme dari tim pendamping keluarga yang hadir untuk bertatap muka dan berdiskusi dengan Pj. Gubernur Sulawesi Barat yang di dampingi Wakil Bupati Majene, Sekda Majene, Forkopimda Sulawesi Barat dan Forkopimda Kabupaten Majene.