Pemprov Sulbar Kembangkan Kedelai

SULBARONLINE.COM, Mamuju — Sulbar merupakan daerah yang memiliki potensi cukup besar pada sektor pertanian, khususnya pengembangan kedelai.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar pada pertemuan silahturahmi dan diskusi bersama calon investor pengembangan kedelai di Sulbar, Direktur PT. Multi Agro Gemilang Plantation TBK, Petrus Candra, di Rujab Gubernur Sulbar, Selasa (21/7/2020).

“Upaya pengembangan kedelai merupakan langkah nyata, mengingat Sulbar memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar, serta pengembangan areal persawahan yang lebih difokuskan untuk pertanaman padi dan tentunya mengharuskan pemanfaatan lahan lainnya untuk pengembangan kedelai,” kata Ali Baal.

Ali Baal juga mengemukakan, dalam pengembangan tanaman kedelai di Sulbar tidak hanya membutuhkan wilayah yang luas, namun juga dibutuh keseriusan semua pihak untuk menyukseskan program pemerintah demi peningkatan produksi kedelai.

“Potensi pengembangan kedelai dengan luas tanah yang cukup besar perlu didukung keseriusan seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, pengusaha, hingga perbankan. Semuanya harus turut memberikan dukungan dan dorongan kepada para petani, sehingga dapat menyukseskan program pemerintah dalam meningkatkan produksi padi, jagung dan khususnya kedelai,” ucap ayah dua anak itu.

Oleh karena itu, Ali Baal mengajak semua pihak agar memaksimalkan pemanfaatan lahan pertanian di Sulbar untuk tanaman kedelai.

Mantan Bupati Polman dua periode itu menjelaskan, untuk menjadikan Sulbar sebagai salah satu provinsi penghasil kedelai di Indonesia, pihaknya akan membentuk tim yang di dalamnya ada konsultan pertanian dan ahli-ahli di bidang pertanian.

Direktur PT. Agro Multi Gemilang Plantation TBK, Petrus Candra, mengatakan pihaknya akan menunjukkan kepada pemerintah, bahwa penanaman kedelai secara terintergrasi dari hulu ke hilir itu akan menguntungkan, dan menjadi pertanian pertama yang terintegrasi di Sulbar.

Disebutkan, terdapat beberapa konsep pertanian kedelai salah satunya yaitu monokultur seperti di Amerika, satu petani memiliki 72 hektar melalui mekanisasi intensif.

“Hal tersebut yang akan kita lakukan di Sulbar, kita hanya membutuhkan lokasi yang memungkinkan untuk mendapatkan HGU sebagai inti dan petani sebagai plasmanya,” tutur Petrus.

Petrus mengungkapkan, jika Sulbar mampu menghasilkan10 persen dari impor kedelai, maka bisa disampaikan kepada Menteri Keuangan bahwa Gubernur Sulbar membantu memenuhi devisa yang terbuang-buang untuk membeli kedelai impor

Untuk itu, Petrus mengajak agar program itu bisa dilaksanakan di bulan depan, sebab jika hal itu bisa dimulai sebelum 17 Agustus, maka kedelai di Sulbar akan merdeka.