Oleh : Ahmad Zaki Al- Mahdaly (Aktivis Muda NU Sulawesi Barat)
SULBARONLINE.COM, Opini – Nahdlatul Ulama atau NU, adalah titik puncak ke ilmuan para Ulama Nusantara. Pemahaman keagaamaannya tidak sekedar menjadi pustaka ilmu dalam ruang pikir mereka, tetapi menjadi sebuah gerakan.
Nahdla yang berarti kebangkitan, bukan sekedar sematan, melainkan lahir dari sebuah proses panjang pergumulan ilmu dan dinamika sosial ekonomi dan politik yang begitu majemuk di nusantara.
NU lahir ditengah tengah maraknya gerakan gerakan perjuangan kemerdekaan dari berbagai perspektif. Diantara sosialisme kiri dan Islam kanan.
Gerakan puritanisme yang mencita citakan Islam sebagai azas negara dan mereka yang mencita citakan Indonesia sebagai negara sosialis demokratis. Walau NU sejatinya sebagai institusi Ide para Ulama yang justru lahir atas respon upaya internasionalisasi Islam dibawah kekuasaan ibnu saud di hijaz (baca; komite hijaz)
Dari titik tersebut, dan pemahaman kuat atas ajaran Islam ahlusunnah waljamaah yang menempatkan Islam sebagai etika sosial dan perilaku, bukan sebagai institusi dan hukum. Menjadikan para Ulama lebih luas cakrawala berfikirnya tentang sebuah negara bangsa.
Mereka percaya bahwa Pancasila sebagai rumusan dasar negara telah mencakup seluruh nilai nilai ajaran Agama Islam yang rahmatan lil alamin.
Bagi NU, pancasila adalah final. Yang tak boleh diganggu gugat. Maka, sedianya NU selalu menjadi benteng utama diluar negara yang terus berikrar menjaga bangsa ini dari segala upaya dan tindakan untuk merubah pancasila sebagai dasar negara.
Menjaganya tidak harus menjadi penguasa, sebagaimana KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika dipaksa mundur sebagai Presiden RI.
Beliau menyampaikan, “jutaan warga NU bersedia menjaga saya untuk tetap menjadi Presiden, tapi setetes darah rakyat indonesia lebih berharga dari sebuah kekuasaan”.
NU, berpengharapan Indonesia tetap menjadi negara baldatun tayyibatun wa rabbun gafur. Menjadi negeri yang damai tentram sehingga seluruh masyarakat bisa hidup rukun dan beribadah dengan tenang.
Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) sebagai ruang untuk kembali merevitalisasi visi khittah ke NU-an.
Dari sini, kader akan diagitasi kembali semangat dan pandangan baru. Membersihkan semangat Ke-NU-an yang ternodai pandangan pandangan liberatif dan puritanis.
Mengembalikan semangat khittah sebagai basis utama perjuangan. Semoga MKNU ini sebagai tonggak kembalinya ke jayaan NU di tanah Mandar.