SULBARONLINE.COM, Mamuju — Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Sulawesi Barat bakal menggelar kegiatan dialog atau diskusi khusus. Rencananya, kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada akhir September 2021.
“Insya Allah, kita akan melaksanakan kegiatan dialog dengan tema ‘Berbagi dalam Kegotongroyongan’. Pelaksanaannya akhir September 2021 ini. Dan Insya Allah kami akan menemui Pemerintah Provinsi, Polda Sulbar, Korem 142 Tatag, dan instansi-instansi lainnya untuk mendukung kegiatan ini,” kata Koordinator Wilayah Konfederasi SBSI Sulbar, Muhammad Rafi saat bertemu sejumlah wartawan, Senin (6/9/21).
Menurut Rafi, kegiatan ini akan menghadirkan perwakilan pengurus Cabang SBSI se Sulawesi Barat sebagai peserta. Diperkirakan sebanyak 5 orang perwakilan peserta setiap Kabupaten
“Nah kegiatannya nanti dalam bentuk dialog atau diskusi panel. Secara teknis nanti ada sesi pertama dan sesi kedua. Kita undang narasumber seperti Gubernur, Kapolda, Danrem 142 Tatag, BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, dan sebagainya. Lalu, ada waktu khsus untuk Dinas Ketenagakerjaan daerah Sulbar. Mereka semua akan jadi narasumber dengan materi yang akan kita siapkan,” sebut Rafi.
Rafi yang didamping Majelis Pembina Wilayah SBSI Sulbar, Syahrir Hamdani menjelaskan, tujuan kegiatan tersebut sebagai langkah dan solusi atas kondisi di masa pandemi Covid l-19 yang belum berakhir, yang dirasakan memiliki banyak dampak.
“Dampaknya besar, seperti kondisi tenaga kerja yang memprihatinkan, usaha yang mulai lesu dan sederet persoalan lainnya, yang berdampak pada buruh dan pekerja di Sulawesi Barat,” kata dia.
“Kemudian masalah lain, aturan di masa Covid yang berakibat munculnya ketidakpercayaan masyarakat atas hal itu. Lalu pembagian sembako yang tidak tepat sasaran, penanganan pasien Covid yang terindikasi tidak sesuai, misalnya ada keluarga yang meninggal tapi dicovidkan, yang menguntungkan oknum-oknum tertentu,” tambahnya.
Kemudian, lanjut Rafi, akibat dari lesunya dunia usaha berdampak pada pwmutusan hubungan kerja (PHK) di mana-mana oleh kalangan pengusaha. Sehingga menimbulkan gejolak sosial, karena bertambahnya pengangguran.
“Jadi ini bisa jadi masalah baru. Itu pilihan yang dilakukan kepada pekerja. Sehingga kami dari serikat akan mencari solusi, kita bangun komunikasi yang baik antara pekerja dan pengusaha-pengusaha kita,” ungkapnya.
Hal lain, kata Rafi, adalah masih kurangnya pekerja yang terdaftar di BPJS, baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan.
“Dari rapat kami, sampai hari ini hanya ada 11 ribu pekerja yang terdata memiliki BPJS, utamanya BPJS Ketenagakerjaan. Jadi ini bukti kurangnya kesadaran dan pemahaman perusahaan dan juga pekerja kita. Makanya kita akan undangan juga pihak BPJS untuk menjadi narasumber di acara itu. Kawan-kawan kita harus dapat pencerahan terkait ini, dan mereka yang ikut kegiatan dapat bersosialisasi,” jelasnya.
Melalui kegiatan tersebut, menurut Rafi harus diselesaikan dengan langkah dan solusi yang baik ahar tidak terjadi hal-hal yang kita inginkan. Sehingga, diharapkan adanya dukungan dari berbagai pihak terkait rencana kegiatan tersebut.
“Dengan rencana kegiatan dan kerjasama ini, semoga dapat disupport dan dukungan oleh pemerintah, TNI-Polri dan pihak-pihak terkait lainnya. Sebab, potensi kita di SBSI ini besar. Jumlah kawan-kawan kami di bawah naungan serikat buruh di Sulbar ini mencapai 3000 lebih yang tersebar di Sulbar, bisa menjadi maslaah kalau kita tidak melakukan antisipasi sesegera mungkin. Makanya, solusinya kita buat kegiatan ini,” tutup Rafi.