Gubernur Akui Angka Stunting Sulbar Tertinggi Kedua di Indonesia

SULBARONLINE.COM, Mamuju — Prevalensi angka kekurangan gizi pada balita atau stunting di Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan.

Sesuai data yang sempat dibeberkan Presiden RI, Joko Widodo, ada 10 Provinsi di Indonesia yang tingkat stunting masih tinggi. Sulawesi Barat sendiri berada di posisi kedua tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Merespon kondisi ini, Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar, mengaku sektor pembangunan manusia memang sangat perlu menjadi perhatian dalam menekan angka stunting di Sulbar yang mencapai 40,38 persen.

Dari data, kata Ali Baal, memang menunjukkan Sulbar tertinggi kedua secara nasional, sehingga sangat diperlukan kepedulian semua pihak dan kerjasama multi sektor untuk melakukan penanganan masalah stunting.

“Termasuk angka kematian bayi dan ibu melahirkan yang cukup tinggi sangat penting juga menjadi perhatian untuk mengatasinya,” ungkap Ali Baal saat menggelar Rapat Koordinasi dengan para Bupati se Sulbar yang berlangsung di Hotel Ratih Polewali Mandar, Kamis 8 April 2021.

Permasalahan lain pada sektor tersebut, lanjut Ali Baal, ialah banyaknya jumlah anak tidak sekolah di Sulbar yang mencapai 10,25 persen atau 32.000 anak.

“Upaya yang telah dilakukan Pemprov Sulbar menangani permasalah itu ialah meluncurkan portal ATS atau program tangani total Anak Tidak Sekolah, yang diharapkan mendapat dukungan para Bupati Se-Sulbar dalam bentuk komitmen kebijakan untuk menyukseskan program tersebut,” tutur Ali Baal.

Sementara itu, untuk jaminan kesehatan masyarakat, Ali Baal menyatakan, dalam hal tersebut Pemprov Sulbar memberi dukungan alokasi anggaran sebesar Rp. 16 miliar melalui BPJS.

“Untuk sasaran PBI atau Penerima Bantuan Iuran, sesuai data Pusdatin yang menjadi rujukan Pemprov Sulbar,” sebutnya.

Khusus mengenai data PBI BPJS, mantan Bupati Polman dua periode itu berharap agar dilakukan pengkajian dan validasi untuk mendapatkan data yang akurat, supaya bantuan sosial dan jaminan kesehatan masyarakat miskin tepat sasaran.

Ia menambahkan, bencana non alam pandemi covid-19 dan bencana alam gempa bumi yang baru- baru melanda Sulbar, sangat berpengaruh terhadap pencapaian target pembangunan yang telah direncanakan, termasuk pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, pengangguran dan indeks pembangunan manusia (IPM) serta berbagai capaian indikator lainnya.

“Kiranya semua OPD mampu mencapai target yang diinginkan. OPD harus fokus pada program prioritasnya saja, jangan terlalu banyak keinginan tapi tidak bisa terlaksana,” jelasnya.