SULBARONLINE.COM, Mamuju – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Mamuju menggelar Pelatihan Packaging dan Branding bagi Pelaku Ekonomi Kreatif di Rumah Adat Mamuju, Selasa (20/6/23).
Kegiatan dibuka langsung Asisten I Pemerintah Kabupaten Mamuju, Sitti Manohara dilanjutkan Kepala Bidang (Kabid) Promosi dan Pemasaran Disparbud Mamuju, Nur Hidayati Sukirno selaku panitia penyelenggara kemudian dihadiri Kabid Seni dan Budaya Marwan Haruna.
Pada Pelatihan Ekonomi Kreatif hadir tiga pemateri. Ketiga pemateri ini yakni, Jabatan Analisis Fungsi Pelaksanaan UMKM keuangan Inklusif dan syariah Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Barat (Sulbar), Bagus Maulana, Kasubbid Pelayanan Kekayaan Intelektual Kemenkumham Sulbar, Juani, dan Owner Mandar Expedition, Sabri Hamid.
Puluhan pelaku ekonomi kreatif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) nampak antusias dalam kegiatan tersebut yang lebih banyak mengarah pola diskusi terkait terkait produk dan strategi pemasaran.
Kabid Promosi dan Pemasaran Disparbud Mamuju, Nur Hidayati Sukirno menjelaskan tujuan kegiatan tersebut guna membantu pelaku ekonomi kreatif terkait packaging dan branding yang membantu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
“Adanya kegiatan ini, pelaku ekonomi kreatif memilih kemasan dan branding bagi produknya, packaging dan branding produksi dapat meningkat minat dan daya beli konsumen,” ujar Nur Hidayati Sukirno.
Nur Hidayati menjelaskan, melalui bentuk kegiatan yang terjalin erat dengan para pelaku usaha dapat menjamin keberlangsungan kerja sama Pemerintah Kabupaten Mamuju.
“Dan Pelatihan ini kami harapkan, dapat meningkatkan hubungan kerja sama, baik antar pelaku ekonomi kreatif dan Pemerintah daerah, sehingga bisa mendorong tumbuhnya para pelaku ekonomi kreatif di daerah ini,” jelasnya.
Perwakilan BI Sulbar Bagus Maulana menuturkan, salah tugas BI adalah UMKM dalam struktur perekonomian, sebab telah memberikan sumbangan pendapatan negara dan ikut bertahan ditengah krisis ekonomi.
“Mengapa kita fokus juga di UMKM, pertama UMKM itu tombak ekonomi, sekitar 70 persen dari pendapatan negara disumbang UMKM, kedua masyarakat Indonesia banyak bekerja di Bidang ini, sehingga potensi ekspor bertambah dampaknya neraca perekonomian tetap seimbang,” sebutnya.
Bagus Maulana mengatakan, perspektif BI soal strategi pengemasan memiliki ciri khas. Selain itu syarat pengemasan, dengan mayoritas produk makanan di Kabupaten Mamuju, kemasan tersebut harus aman.
“Ciri produk yang dilihat dari kemasan otomatis calon pembeli langsung tertarik datang membeli paling penting juga bagi pelaku usaha mengambil ijin sertivikasi BPOM, akan dilihat juga kemasannya seperti apa,” jelasnya.
Label menjadi identitas kemasan pembeda produk lain. Bagus Maulana menjelaskan, label meningkatkan daya saing dan mempengaruhi perilaku konsumen, namun penyampaian label kemasan sesuai ketentuan Undang-undang.
“Penyampaian Label di kemasan, setidaknya ada nama produk, daftar bahan digunakan, dan berat bersih dan isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi dan mengimpor kalau produk impor,” urainya.
Dalam diskusi yang berkembang tersebut pelaku ekonomi kreatif memberi masukan soal rumah kemasan. Pihak BI mengaku siap untuk membangun kolaborasi bentuk kerja sama dengan Pemerintah daerah melalui Dinas terkait. Nantinya rumah kemasan ini akan menjadi kegiatan usaha memfasilitasi jasa pembuatan kemasan produk bagi UMKM untuk meningkatkan nilai produknya.
“Kalau Bank Indonesia sifatnya kolaborasi dan sinergi, kami menunggu sinergi wewenang di UMKM, bisa jadi di Disperindagkop, dari Disparbud kalau memang terkait juga, atau pihak-pihak terkait yang memiliki wewenang,” tuturnya.
Ikuti kami di Google News.