SULBARONLINE.COM, Mamuju – Keluarga memiliki peran penting dalam memperkuat iman dan nilai-nilai Katolik. Namun, dalam menghadapi tantangan zaman modern, keluarga Katolik sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan yang dapat menghalangi pembangunan keluarga yang kuat.
Di awal sambutan Kakanwil Kemenag Sulbar, H. Syafrudin Baderung mengatakan dalam moderasi beragama, ada tiga tingkatan yang harus dipahami secara seksama. Pertama adalah kebersamaan, kadang kala dalam rumah tangga atau masyarakat sering bertanya kepada teman kerja atau sahabat.
“Kamu masih sama dengan istrimu atau suamimu? Itu adalah pertanyaan terendah dalam menjaga hubungan rumah tangga, karena kebersamaan itu berarti harus jalan sama-sama, harus serumah, dimana istri berada kitapun juga ada begitupun sebaliknya,” ucapnya.
Akan tetapi, dalam tingkat kebersamaan tidak ada indeks untuk mengukurnya, bisa bersama tapi belum tentu rukun. Jadi tingkatan yang kedua adalah Kerukunan, ketika sudah rukun itu membahas lintas jarak, ruang dan waktu.
Iapun berpendapat bahwa bahasa, masakan dan rasa kepada pasangan tidak boleh menjadi penghalang. Dalam membangun rumah tangga, tidak hanya dengan kebersamaan melainkan harus dibarengi dengan kerukunan.
Tingkatan yang paling tertinggi adalah kedamaian. Kalau kebersamaan dan kerukunan bisa dijaga dan dirawat, pasti akan muncul kedamaian. Ketika sudah mencapai level kedamaian, maka level damai sudah dicapai.
“Rumah tangga kita sudah dibangun dengan nilai-nilai agama, ini yang sangat penting kadang kala tidak disadari oleh generasi muda kita,” jelas H. Syafrudin.
Selain itu, Kakanwil juga menambahkan dalam menggunakan media sosial harus dibatasi. Bermedia sosial harus bangun komunikasi bukan membangun perasaan. Oleh karena itu, H. Syafrudin berharap bisa menyikapi berbagai problematika rumah tangga yang telah disampaikan. Ia sangat yakin dengan adanya kegiatan ini mampu membangun keluarga yang baik, sejahtera dan bahagia.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Bimas Katolik secara daring dengan tema “Membangun Keluarga Katolik dan Tantangannya di Era Digital” dihadiri oleh 60 peserta terdiri dari Penyuluh Agama Katolik ASN dan Non ASN, Guru Agama Katolik ASN dan Non ASN yang dilaksanakan secara daring, Rabu (21/6/23).
(Adv)