SULBARONLINE.COM, Mamuju – Pemuda Indonesia memiliki potensi dan peran yang sangat strategis dalam tanggap bencana di tanah air.
Hal itu disampaikan oleh Kasubdit Pengembangan Desa Pada Asdep Kepemimpinan dan Kepeloporan Pemuda Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora, Dzikro, membacakan sambutan Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora, Dr. H.M Asrorun Nia’am Sholeh, saat membuka acara Pelatihan Relawan Pemuda Tanggap Bencana, yang diselenggarakan oleh LPBI NU bekerjasama dengan Kemenpora, di Hotel Pantai Indah, Mamuju, Jumat (21/12/18).
Menurut Dzikro, dalam pembaruan dan pembangunan bangsa, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang strategis sehingga perlu dikembangkan potensi dan perannya, utamanya dalalam penanggulangan bencana.
“Pengembangan Kepeloporan pemuda dilaksanakan melalui; Pendidikan, pelatihan, pengaderan, pembimbingan, pendampingan, dan forum kepemimpinan pemuda. Sehingga, Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, melaksanakan program Pelatihan Tanggap Bencana sebagai upaya pengembangan program kepeloporan kesukarelawanan, kreativitas, inovasi sebagai sarana aspek kehidupan di masa datang para generasi muda,” jelas Dzikro.
Dia juga menjelaskan, bahwa pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan kesukarelawan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Mengingat kejadian Tsunami yang terjadi di negara kita tahun 2004 lalu di Aceh, itu telah merubah secara mendasar paradigma penanggulangan bencana di dunia. Bencana berskala besar dapat menghancurkan dalam sekejap pencapaian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang diperjuangkan selama berpuluh-puluh tahun. Masyarakat yang baru saja keluar dari kemiskinan setelah bersusah-payah bekerja selama bertahun-tahun dapat langsung terperosok kembali ke dalam kemiskinan. Seperti kita ketahui, 90% korban bencana berada di negara-negara berkembang dan bencana biasanya paling merugikan kaum yang miskin dan rentan, bencana telah terjadi di Negara kita lagi yaitu di Palu yang sangat memprihatinkan kita, semua saudara-saudara di sana menjadi korban keganasan Alam yang tidak bersahabat,” urainya.
Dzikro mengaku, Indonesia memiliki potensi bencana cukup besar. Namun cukup banyak pemuda Indonesia yang belum memiliki pemahaman yang baik tentang konsep kesukarelawanan tanggap bencana dan belum memiliki skil yang memadai baik secara teknis maupun manajerial.
Sementara itu, kata dia, kebutuhan dan kehadiran tenaga sukarelawan atau pemuda relawan dari hari ke hari semakin diperlukan mengingat dewasa ini semakin banyak musibah dan dampak bencana yang muncul, baik bencana alam maupun bencana sosial.
“Olehnya, dengan Kegiatan Pelatihan Pemuda Relawan Tanggap Bencana ini semoga semakin bertambah Pemuda Relawan yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam penanggulangan bencana. Kemudian siap untuk dididik dan dilatih sehingga siap bertugas di daerah-daerah rawan bencana di dalam lingkungan masyarakat,” harapnya.
Seperti diketahui, kegiatan Pelatihan Relawan Pemuda Tanggap Bencana ini bakal berlangsung selama 4 hari, 21-24 Desember 2018. Kegiatan ini juga menghadirkan sejumlah Narasumber, seperti Kepala BPBD Sulbar Darno Madjid, perwakilan Kemenpora, Dispora Sulbar, pakar dan ahli penanggulangan bencana serta tim fasilitator dari pusat.