SULBARONLINE.COM,MAMUJU—Bakal calon bupati Mamuju, Sutinah Suhardi, yang belum juga mengumumkan pendampingnya untuk Pilkada Mamuju 2020 hingga saat ini, turut ditanggapi pengamat politik.
Padahal, di bulan November 2019 lalu, melalui Yuslifar sebagai Direktur Persfektif Mamuju,bahwa penentuan Calon Wakil Sutinah akan dibuka ke publik pada bulan Desember 2019.
Sutinah yang belum juga menentukan wakilnya hingga per Januari 2020 ini, pun ditanggapi ole h pengamat politik Sulbar, Ihwan Anas. Ia menilai, sikap Sutinah itu sebagai bentuk kehati – hatian dari Sutinah dengan seluruh timnya dalam menentukan pendamping.
“Dalam menentukan calon wakil semua variabel – variabel yang akan memberikan pengaruh pada kontestasi nanti, harus mereka pertimbangkan dengan matang. Variabel – variabel itu termasuk kepentingan peningkatan elektoral Sutinah, dukungan partai politik dan variabel lain, termasuk kemampuan finansial karena ini menyakut kos politik yang tidak sedikit,” kata Ihwan saat dikonfirmasi via telepon, Sabtu (25/1).
Meskipun belum mengumumkan pendamping kata Ihwan, juga tak serta merta membuat trust publik melemah. Justru kemudian Sutinah harus lihai memilih pendamping tanpa mengabaikan kemampuan melihat sejumlah variabel, baik itu secara elektoral maupun dukungan partai politik, sebab potensi terjadinya pecah kongsi bisa saja lahir jika deal – deal politik tidak terkomunikasikan dengan baik.
“Kalau saya melihatnya tidak (trust publik melemah red.) jika hanya mengundur waktu pengumuman calon Wakil, publik akan menilai inkonsistensi politisi itu ketika janji yang bersifat berhubungan langsung dengan keberlangsungan hidup mereka. Memang agak sulit menentukan sosok figur yang dibutuhkan bisa berjalan beriringan.
Tentu potensi pecah kongsi itu selalu ada, karena bisa saja ada figur yang secara elektoral baik tapi tidak punya dukungan partai politik, atau bisa juga seorang figur memiliki dukungan politik namun dari segi elektoral melemah, bahkan meski keduanya dimiliki baik dari dukungan partai dan elektoral,namun figur itu punya resistensi secara personal juga akan berpengaruh, Jadi itu tergantung kemampuan komunikasi politik termasuk deal politik,” Simpul Ikhwan Anas.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indeks Politika Indonesia (IPI) Suwadi Idris Amir menilai, pilkada Mamuju sangat ditentukan oleh strategi politik antara pasangan petahana maupun penantangnya.
Peluang besar dimiliki petahana untuk menang kata Suwadi, lebih terbuka jika Pilkada Mamuju di ikuti tiga atau lebih pasangan calon. Jika hanya head to head, pertarungan sengit kata dia bakal tercipta di Pilkada Mamuju.
“Petahana, naik dan tidak naiknya electoralnya, tergantung kinerja yang sudah dilakukan dan programnya kedepan diterima masyarakat. Sedangkan Sutina harus mampu menjual program lebih menggigit dan rasional jika memang ingin meyakinkan masyarakat mamuju,”terang Suwadi Idris saat dikonfirmasi via Whatsapp, Jum’at (24/1) kemarin.
Meskipun Indeks Politika Indonesia (IPI) belum menurunkan tim survey kata Suwadi, ia tetap meyakini jika dukungan partai politik bakal terbagi untuk petahana maupun penantangnya. Ini artinya, ‘Koalisi Gemuk’ juga sangat sulit terlahir di Pilkada Mamuju.
“Saya pikir dukungan partai akan terbagi kepada pasangan patahana dan bu Sutina. Untuk survey sebenarnya IPI ada rencana dinda, Namun belum ditentukan waktu pas nya,”tambah Suwadi.(*/ms)