SULBARONLINE.COM, Mamuju – Keseriusan Bupati Mamuju Tengah, Aras Tammauni dan Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar (ABM) mengincar kursi ketua Golkar Sulbar mulai semakin terjawab.
Keduanya telah diterima oleh ketua umum Golkar, Airlangga Hertanto. Aras bahkan telah resmi mengantongi KTA partai Beringin itu.
Sejumlah kalangan berkomentar beragam, termasuk oleh direktur Logos Politika, Maenunis Amin. Ia menyebut bahwa kepindahan Aras dan ABM ke Golkar kontra produktif dari dua sisi politis.
“Pindahnya Aras ke Golkar diprediksi membawa dua tujuan. Pertama, persiapannya menuju Pilgub 2024 dan manuvernya di Pilkada Mateng dan Mamuju. Tapi ini akan kontra produktif secara politis terlebih jika diukur dengan orientasinya membesarkan partai Golkar,” terang Maenunis.
Dirinya menyebut, orientasi politik Aras menuju Pilkada 2020 dan 2024 serta komitmennya membesarkan partai Golkar akan berpotensi berhadapan dengan arah politik partai Demokrat.
“Kalau betul pak Aras yang menahkodai Golkar Sulbar kemudian berhadap-hadapan dengan Demokrat di Pilkada Mamuju dan Mateng, bagaimana Aras akan menghadapi Demokrat sedangkan itu adalah partai dimana putra-putrinya berada? Problem lainnya adalah, bagaimana Aras bisa total membesarkan Golkar sedangkan semua instrumen politiknya berada di partai lain? Ini tentu menjadi ambigu baik bagi progres politik Aras sendiri, terlebih bagi Golkar,” ungkapnya.
Maenunis menyebut bahwa arah politik Aras akan membuat publik meragukan progresnya tersebut untuk mampu maksimal membawa Golkar kembali merajai perpolitikan Sulbar.
“Totalitas pak Aras dibutuhkan untuk mampu membawa Golkar kembali mendominasi perpolitikan Sulbar. Jika ingin mewujudkan itu, maka Aras harus secara tegas melepaskan semua bayang-bayang partai Demokrat. Kalau mau total maka seharusnya Arsal, Amalia ataupun Nirmalasari ditarik juga dari Demokrat untuk bergabung ke Golkar sebagaimana dirinya. Itu variabel paling utama jika ingin mengukur komitmen totalitas Aras membesarkan Golkar,” pungkasnya.
Hal sama menurutnya, akan terjadi jika ABM yang menjadi ketua Golkar Sulbar. ABM bisa membawa Golkar ke dalam konflik kepentingan baru mengingat istrinya, Andi Ruskati, juga adalah ketua Gerindra Sulawesi Barat.
“Golkar terpuruk bukan karena kekurangan kader tapi karena konflik internal. Kalau mau kembali merajai perpolitikan Sulbar, orientasinya harus organisatoris dulu. Kalau ABM yang mengetuai Golkar, maka Golkar bisa terjebak dalam konflik baru. Bagaimana ABM bisa membesarkan Golkar sementara istrinya juga adalah ketua Gerindra? Kecuali ABM berani melawan istrinya, ya itu baru mungkin,” jelasnya Maenunis.
Akankah Golkar Sulawesi Barat dinahkodai oleh Aras Tammauni? Apakah mantan dewan penasehat Demokrat Sulbar ini juga akan menarik ketiga anaknya dari eks partai yang telah membesarkan namanya itu untuk ikut bergabung di partai Golkar?
Pertanyaan yang sama terkait ABM. Akankah Gubernur Sulbar ini berani berlawanan dengan istrinya? Mungkinkah Ruskati juga akan hengkang dari Gerindra mengikuti suaminya? Ini akan menjadi pertanyaan yang paling ditunggu jawabannya oleh publik politik Sulbar.