Mortaza Syafinuddin Launching Buku ‘Politik Bergerak’

SULBARONLINE.COM, Mamuju – Dr Mortaza A. Syafinuddin Hammada meluncurkan buku berjudul “Politik Bergerak”. Lauching dilakukan di Warkop Teras, Jl. Pababari, Mamuju, Jumat (12/4/19).

Buku itu diklaim memberikan gambaran cara berpolitik baru menuju demokrasi yang sehat khususnya di Sulawesi Barat.

Mantan ketua umum PB HMI itu mengatakan, dalil lain yang dibangun oleh buku tersebut adalah politik harus senantiasa bergerak menuju kemajuan, kalau tidak mau nasib perpolitikan akan sama dengan kubangan air yang kotor dan dipenuhi banyak penyakit.

“Cara berkampanye lama ketika masyarakat disuguhi dengan janji politik, bahkan ada yang bermain politk uang. Ini adalah satu hal yang menjadi jejak paling buruk dalam demokrasi kita,” kata Mortaza A. Syafinuddin, dalam bedah buku tersebut.

Bagi dosen universitas paramadina jakarta itu, politik sudah harus dipahami sebagai model pelayanan kepada rakyat, bukan pertarungan perebutan kekuasaan lagi.

“Misalnya juga, saling mempercayai di dalam politik itu penting, bukan dibalik bahwa saling mencurigai, saling tidak mempercayai itulah indikator politik yang diakui dan dianggap wajar,” paparnya.

Mortaza yang juga Calon Anggota DPRD Mamuju ini juga bertanggungjawab untuk menampilkan keadilan di atas penggung politik, karena jangan sampai politik yang saling gesek antar politisi, oleh masyarakat ditafsirkan sebagai tontonan yang wajar.

Editor Inisiasi Press dalam diskusi itu mengaku sangat prihatin, bagaimana demokrasi saat ini begitu dikuasai oleh pemilik modal, maka tawaran lain dalam buku tersebut adalah bagaimana ide dan gagasan menggantikan posisi modal.

“Inilah yang ingin saya tawarkan kepada masyarakat, siapa yang paling maju gagasannya maka dialah yang akan bisa bersaing di waktu yang akan datang. Jangan terbalik, pemilik gagasan diperhamba oleh pemilik uang,” ucapnya.

“Pemilik gagasan harus diberikan ruang, kesempatan berbicara setara dengan para pemilik modal, jangan pemilik gagasan diperalat didalam praktek politik,” sambungnya.

Lebih lanjut, pria kelahiran Kasambang, kecamatan Tappalang, Mamuju 19 April 1973 itu mengatakan, rakyat harus berani memberontak. Tentu dengan pemberontakan pemikiran untuk mengubah kebiasaan dan sistem. Kebanggaan yang lahir setelah sanggup melakukan perubahan adalah bagian terpenting dari politik yang dinamis dan sehat.

“Semua ini adalah argumen, bahwa kita perlu berubah menjadi lebih baik. Berubah itu seni,” tutupnya.