Dispora Libatkan Polda Sulbar Sosialisasi Bahaya Narkoba Bagi Pelajar

SULBARONLINE.COM, Mamuju — Salah satu narasumber yang dilibatkan dalam sosialisasi Kader Inti Pemuda Anti Narkoba yang digelar oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Barat, Rabu (6/3/24) di Hotel Grand Mutiara adalah pihak Polda Sulawesi Barat.

Polda Sulawesi Barat melalui Direktorat Reserse Narkoba mengutus Wadir Resnarkoba Polda Sulbar, AKBP Albert H. Ully, SH. MH untuk menjadi narasumber pada acara bosialisasi bahaya narkoba tersebut.

AKBP Albert dalam kesempatannya menegaskan bahwa Provinsi Sulawesi Barat merupakan daerah  yang ke 33 tergolong provinsi yang masih muda, tapi masyarakatnya dalam hal penyalahgunaan narkoba lebih tinggi dibandingkan Provinsi Gorontalo dan Kendari.

Karena itu, kata dia, Sulawesi Barat harus lebih waspada terhadap kondisi ini, apalagi bagi generasi muda khususnya para pelajar.

“Olehnya itu saya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini apalagi pesertanya adalah adik-adik SMP dan SMA. lebih baik mencegah dari pada mengobati,” kata AKBP Albert.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Safaruddin Sanusi DM, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan seperti ini harus memang melibatkan institusi yang membidangi minimal sebagai narasumber.

Hal ini, kata Safaruddin, sejalan dengan apa yang disampaikan Pj. Gubernur Sulawesi Barat Prof. Zudan Arif Fakhrullah pada pertemuan-pertemuan dalam rapat bahwa OPD dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya harus melibatkan institusi yang berkaitan dengan substansi kegiatan, kerja kolaboratif dan terpadu atau jangan kerja sendiri.

“Kegiatan ini disamping menggandeng Polda Sulawesi Barat juga melibatkan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Barat yang dihadiri oleh Ayu Firiani, S.Psi. Materi BNN yang disampikan adalah terkait Generasi Muda Bersinar (Bersih Narkoba) lebih menekankan pada tahap-tahap penyalahgunaan Narkoba pada anak muda.

Karnoto, selaku ketua panitia pelaksana merasa puas dalam pelaksanaan kegiatan ini, karena peserta sangat merespons posistif yang ditandai dengan antusias peserta dalam mengajukan pertanyaan.

Bahkan, lanjut Karnoto, saat itu para guru pendamping pun juga ikut bertanya dan menyarankan agar melibatkan sekolah-sekolah dalam melakukan kegiatan seperti ini dengan memasukkan materi penyalahgunaan narkoba dalam kurikulum.

“Sebab sasaran dan obyek penyalahgunaan narkoba yang paling rawan dan jumlah terbesar adalah pihak sekolah dan guru yang setiap hari berinteraksi dengan siswa,” terangnya.