SULBARONLINE.COM, Mamuju — Persentasi penduduk miskin di Kabupaten Mamuju terus mengalami peningkatan sejak 2021 hingga 2022. Itu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju.
Pada tahun 2021 lalu, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Mamuju mencapai angka 22,30 ribu jiwa dengan jumlah 7,46 persen, dibandingkan pada tahun 2020 sebesar 20,56 ribu jiwa.
Sedangkan pada tahun 2022, jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 23,26 ribu jiwa atau sekitar 7,63 persen.
Sekadar diketahui, kemiskinan menurut versi BPS adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari.
Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju, Achmad Nasir saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (6/1/23) menyebutkan secara jumlah memang terjadi peningkatan persentase dan jumlah kemiskinan pada tahun 2021 dan 2022.
“Kalau kita lihat memang ada peningkatan kemiskinan. Tapi bukan hanya di Mamuju yang meningkat. Daerah lain juga meningkat. Untuk Provinsi juga meningkat. Jadi sama-sama meningkat sebenarnya. Dan data kemiskinan Mamuju itu dikeluarkan di bulan Desember,” kata Achmad.
Dari data itu, Achmad Nasir menjelaskan perlunya pemahaman secara detail terkait siapa yang dikategorikan miskin. Sebab, faktor kemiskinan dapat dilihat dari beberapa aspek.
“Kita mulai dulu dari yang pengeluarannya di bawah garis kemiskinan. Yaitu sebuah garis yang nilai rupiahnya menandakan kebutuhan dasar dan minimal seseorang. Orang miskin itu ada dua faktor, pertama yaitu pendapatannya. Kedua harga barang atau kondisi inflasi. Jadi kalau kita lihat ada peningkatan kemiskinan maka kita lihat dulu dua faktor itu. Orang miskin juga bisa dari orang yang pendapatannya meningkat tapi karena terjadi inflasi sehingga daya beli tetap rendah,” jelasnya.
Selain itu, kata Achmad, untuk memahami kemiskinan juga harus diketahui terkait masalah tingkat kedalaman kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan.
“Di Mamuju itu sebenarnya tingkat kedalaman kemiskinan berkurang dari 2021 ke 2022 secara jumlah, tetapi tetap berada di garis kemiskinan dan tidak melampaui garis kemiskinan itu sendiri. Jadi makin dekat dengan posisi garis kemiskinan saja. Tapi tingkat kedalamannya berkurang,” ungkapnya.
Meski tidak signifikan, tambah dia, hal lain yang dapat memengaruhi meningkatnya kemiskinan bisa karena dampak Covid-19 dan bencana yang terjadi di Mamuju.
“Saya lupa angkanya terkait dampak dari faktor Covid-19. Tapi kalau tidak salah ada memang kurang lebih 10 ribuan orang yang terdampak. Karena ada yang kehilangan pekerjaan, kemudian jam kerjanya jadi berkurang sehingga pendapatannya juga berkurang. Tapi itu tetap butuh study untuk mengukurnya,” katanya.
Terlepas dari itu, Achmad mengaku, selama ini BPS Mamuju juga selalu memberikan masukan kepada Pemkab Mamuju terkait data-data kondisi kemiskinan yang ada.
“Kami selalu tampilkan data dan angkanya, nanti Pemkab Mamuju yang mengeksekusi seperti apa program yang harus dilakukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan itu sendiri. Jadi berkali-kali kami itu selalu kerjasama dengan pemkab Mamuju,” kuncinya.